Surabaya, Sabtu 07 September 2024 – Puluhan aktivis lingkungan dari *Trash Control Community* (TCC) dan mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) melaksanakan aksi bersih-bersih pantai (clean up) dan audit sampah plastik di kawasan pesisir pantai Kenjeran, Surabaya. Acara ini diikuti oleh 60 peserta yang berhasil mengumpulkan 50 karung sampah plastik dalam waktu 4 jam.
Menurut Ziadatur Rizqiyah, Koordinator TCC dan mahasiswi pasca sarjana Biologi ITS, aksi ini dilakukan karena tingginya tingkat pencemaran di kawasan tersebut. “Pola buruk penanganan sampah, seperti menjadikan pantai sebagai tempat pembuangan ilegal dan pembakaran sampah, memperparah pencemaran di pesisir utara Surabaya,” jelasnya.
Sementara itu, Stephanie, koordinator mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota ITS, menambahkan bahwa sampah yang mencemari kawasan ini tidak hanya berasal dari Surabaya, tetapi juga kiriman dari daerah lain, termasuk Madura. “Sampah ini merusak pemandangan eksotis pantai,” katanya.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan kurangnya layanan pengelolaan sampah di daerah tersebut, yang menyebabkan banyak warga menggunakan pantai sebagai tempat pembuangan sampah. Dari kegiatan clean up, terkumpul total 164,5 kg sampah, yang terdiri dari styrofoam, plastik tidak bermerek, botol plastik, kain basah, dan sachet.
Kegiatan ini juga melibatkan *Badan Riset Urusan Sungai Nusantara* (BRUIN) yang melakukan audit sampah di empat titik lokasi. Dari audit tersebut, terungkap lima produsen utama yang menyumbang pencemaran sampah plastik di kawasan ini, dengan Wings Group, Enesis Group, Indofood, dan Frisian Flag Indonesia sebagai kontributor terbesar.
Muhammad Kholid Basyaiban dari BRUIN menegaskan bahwa audit ini menggambarkan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum terkait tanggung jawab produsen plastik dalam skema *Extended Producer Responsibility* (EPR). “Produsen sering kali hanya melakukan greenwashing tanpa tindakan nyata untuk mengurangi dampak lingkungan,” tegasnya.
Seorang mahasiswa sosiologi dari Universitas Trunojoyo Madura, Muhammad Isomudin, menambahkan bahwa diperlukan edukasi mendalam kepada masyarakat Jawa Timur mengenai bahaya plastik. “Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan produsen sangat penting untuk mengurangi 30% penggunaan plastik pada tahun 2029,” ujarnya.
Para aktivis berharap agar Pemkot Surabaya meningkatkan upaya mengatasi masalah lingkungan di kawasan pesisir, termasuk memperbaiki layanan pengelolaan sampah dan melakukan edukasi kepada masyarakat. ( Redaksi)