Mojokerto – Kapolsek Jetis AKP Rudi Darmawan, S.E., M.H., bersama Forpimca Jetis Kabupaten Mojokerto mendukung peluncuran program terobosan yang dinamai “Pelita Jetis” guna mengendalikan dan percepatan penurunan angka _stunting_ di wilayah Kecamatan Jetis Kab. Mojokerto.
“Pelita Jetis” merupakan akronim dari Peduli _Stunting_ Kecamatan Jetis. Program ini diluncurkan di Balai Desa Penompo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Rabu (04/12/2024).
Kapolres Mojokerto Kota AKBP Daniel S. Marunduri, S.I.K., M.H., melalui Kapolsek Jetis turun langsung ke lapangan guna mengecek apakah ada orang tua dan anak yang membutuhkan tambahan gizi.
Sebagaimana dalam rilis TPPS, Koordinator PLKB Jetis AAN ZUBAIDI S.IP menyampaikan bahwa terdapat 2 ibu hamil, 26 baduta dan 23 balita, total 51.
Program ini pun langsung mendapatkan apresiasi dari Kapolsek Jetis AKP Rudi Darmawan, S.E., M.H., yang selalu memantau kegiatan ini selaku pemerhati kamtibmas.
“Terima kasih dan saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Kecamatan Jetis sudah merangkul semua pihak, untuk bersama-sama mengendalikan dan menurunkan angka _stunting_ di Kecamatan Jetis,” ungkap Rudi Darmawan.
Kapolsek Jetis AKP Rudi Darmawan, S.E., M.H.,
menjelaskan bahwa anak yang masuk kategori _stunting_ memiliki tingkat kecerdasan 20 persen lebih rendah dibanding anak normal. Sementara, negara membutuhkan SDM yang cerdas untuk menjadi negara yang lebih baik di masa mendatang.
Di masa mendatang, bangsa Indonesia membutuhkan SDM yang cerdas untuk menjadi negara yang besar. Kesempatan membentuk SDM yang cerdas waktunya hanya enam tahun.
“Kalau lebih dari itu, maka sudah telat, karena sudah tidak ada perkembangan otak pada anak. Tentu semua ingin anak-anaknya pintar semua. Maka kita harus serius menghadapi _stunting_ ini,” jelasnya.
Kapolsek Jetis AKP Rudi Darmawan, S.E., M.H., menjelaskan, penanganan stunting ini dilakukan mulai dari ibu hamil. Ia mengajak seluruh pihak untuk memperhatikan kesehatan dan kebutuhan gizi ibu hamil agar anaknya ketika lahir nanti tidak masuk dalam kategori _stunting_.
“Semua ibu hamil ini harus cukup gizinya, maka ketika melahirkan anaknya nanti, anaknya dalam kondisi semua sehat. Lingkar kepalanya sesuai standar, tidak kurang tinggi badannya juga. Itu salah satu penanganan kepada ibu hamil,” tuturnya.
“Sejak awal lahir sampai enam bulan, ini ASI adalah sumber gizi anak. Selanjutnya juga diberi bubur susu sebagai makanan pendamping ASI,” terangnya.
Usai lepas ASI eksklusif di usia dua tahun, Kapolsek Jetis
AKP Rudi Darmawan, S.E., M.H., juga meminta agar para orang tua memperhatikan makanan yang dimakan anak setiap harinya.
“Setelah lepas ASI eksklusif, sumber gizi anak sudah tergantung pada makanan. Jadi setiap makan, harus ada zat pembangun, yaitu protein. Jadi setiap makan harus ada telur, ayam, daging, ikan. Itu sebagai sumber proteinnya,” katanya.
Dengan terpenuhinya zat-zat pembangun di masa pertumbuhan anak, maka potensi lahirnya anak _stunting_ akan semakin minim.
“Semoga program ini tetap lanjut, karena kedepannya ini setiap hari akan ada ibu-ibu yang hamil, ada anak-anak yang lahir. Ini yang harus kita perhatikan agar terbebas dari _stunting_,” kata Rudi Darmawan.(jekyridwan)