Mojokerto 25/11/2025 Dalam tradisi spiritual Nusantara, dikenal sosok dengan julukan Ki Jekyridwan Gendeng Bathin—seorang pelaku laku batin yang tidak mencari kesaktian, bukan pula ingin melihat makhluk halus seperti setan, dhemit, atau iblis.
Justru sebaliknya, laku yang dijalankan Ki Jekyridwan adalah perjalanan batin untuk melihat kedalaman perilaku manusia—baik dan buruknya, jernih dan keruhnya, tanpa harus menghakimi, tetapi memahami.
Tujuan Laku Batin
Laku ini bukan untuk menakutkan, bukan pula untuk menunjukkan keanehan spiritual.
Tujuan utamanya adalah:
Membaca gerak rasa manusia—apa yang orang simpan dalam hati, baik niat maupun kebimbangan.
Memahami karakter sejati, bukan topeng yang ditampilkan kepada dunia.
Melatih kejernihan hati, agar tidak mudah tertipu oleh kata-kata manis atau wajah yang tersenyum.
Menemukan keseimbangan, sebab memahami perilaku manusia berarti juga memahami diri sendiri.
“Gendeng Bathin” Bukan Berarti Gila
Julukan gendeng bathin bukan berarti gila secara harfiah.
Dalam dunia spiritual Jawa, “gendeng” sering menjadi simbol:
Orang yang berani keluar dari pola pikir umum.
Orang yang menempuh laku sepi, sunyi, dan tidak lazim.
Orang yang mengutamakan rasa dan batin ketimbang penampilan lahir.
Melihat Tanpa Melanggar
Laku Ki Jekyridwan tidak melibatkan ritual gelap, tidak bergantung pada makhluk gaib, dan tidak melanggar nilai-nilai spiritual yang terang.
Yang dilihat bukan dunia lain — melainkan cermin manusia itu sendiri.
Ia mengamati:
Ketika seseorang jujur.
Ketika seseorang menyimpan niat buruk.
Ketika seseorang berniat menolong tetapi terhalang oleh rasa takut.
Ketika seseorang menyembunyikan luka batin.
Semua itu terbaca bukan dengan mata fisik tetapi dengan mata rasa.
—
Editor:jekyridwan











