SURABAYA – Kanwil Kemenkumham Jatim menerima 175 taruna dari Politeknik Imigrasi (Poltekim) dan Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) yang akan Melaksanakan ORLAP, PKL, KKN, dan Pengambilan Data Penelitian dan Magang hari ini (19/ 6). Kakanwil Kemenkumham Jatim Imam Jauhari meminta para taruna dari tingkat I-IV itu untuk belajar dari kisah perusahaan taksi Bluebird.
Dari jumlah itu terdiri dari 136 taruna Poltekim dan 39 taruna Poltekip. Sebelum terjun di 10 UPT Keimigrasian dan 52 UPT Pemasyarakatan di Jatim, para taruna mendapatkan pengarahan dari Pimti Pratama Kanwil Kemenkumham Jatim.
Kakanwil Imam mengawali sambutannya dengan sebuah cerita perjuangan perusahaan yang sempat viral akhir-akhir ini. Sebuah perusahaan taksi yang identik dengan logo burung berwarna biru.
“Saya akan mengisahkan bagaimana perusahaan Taksi Bluebird jatuh, bertahan dan akhirnya bisa bangkit lagi akhir-akhir ini,” ujarnya.
Imam lalu menceritakan bagaimana krisis dimulai di era disrupsi informasi ketika awal mula muncul perusahaan start up.
“Tak terkecuali di bidang moda transportasi umum seperti taksi,” tuturnya.
Fenomena krisis Bluebird diperparah saat pandemi. Karena sepi, seluruh pegawai termasuk sopir sebagai garda terdepan pelayanan galau. Bahkan sampai ada demo dan mogok besar-besaran saat itu.
“Belum selesai badai disrupsi, muncul tornado yang bernama Pandemi. Kita tahu banyak kalangan atau sektor yang terpukul karena pandemi, termasuk sektor transportasi umum,” jelasnya.
Namun, lanjut Imam, di tengah ujian dan bencana tanpa henti, Bluebird termasuk salah satu perusahaan yang masih tetap eksis. Karena dalam masa krisis itu, Bluebird tidak tinggal diam.
“CEO Bluebord, Sigit Djokosoetono, mengatakan ada beberapa hal yang dilakukan selama masa disrupsi dan pandemi tersebut,” terangnya.
Imam lalu meminta jajarannya untuk belajar beberapa hal besar yang dilakukan Bluebird agar tetap bertahan dan kembali memenangkan hati masyarakat. Sehingga bisa bertahan dan kembali tumbuh.
“Pertama adalah adalah perubahan mindset, yang kita perlukan adalah pola pikir yang berkembang atau growth mindset. Jangan melihat tantangan sebagai sesuatu yang mengancam, tetapi mereka justru melihat tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang,” pesan Imam.
Kunci kedua, tutur Imam, adalah berusaha beradaptasi dengan er disrupsi dan pola kerja baru di era pandemi. Organisasi harus melakukan kolaborasi dengan stakeholder bahkan pesaing utama agar dapat bertahan.
“Bukti yang bisa kita lihat sebagai bentuk kolaborasi adalah adanya menu Go-Bluebird di aplikasi Gojek,” terang Imam.
Selanjutnya, pria asal Pamekasan itu menekankan agar ada kemauan sebagai pemimpin untuk turun langsung ke lapangan. Merasakan dan mendengarkan langsung keinginan masyarakat terkait layanan yang diberikan.
“Beberapa hari ini ada video viral di internet yang memperlihatkan CEO Bluebird menyamar menjadi sopir taksi untuk merasakan langsung apa yang dirasakan bawahannya dalam hal ini sopir taksi dan mendapatkan feedback langsung dari masyarakat,” urai Imam.
Hal terakhir, namun yang paling penting adalah mengembalikan kepada core value atau tata nilai atau jati diri organisasi yaitu berorientasi pada pelayanan. Apapun krisis yang dihadapi, lanjyt Imam, mulai disrupsi teknologi informasi, pandemi maupun bentuk-bentuk krisis yang lain, seorang ASN harus selalu berfokus pada pelayanan.
“Bluebird tidak pernah fokus pada Harga Termurah atau Teknologi Tercanggih. Semua dijalankan atas dasar pemberian pelayanan terbaik bagi masyarakat/ pelanggan,” terangnya.
Terakhir, Imam berharap seluruh taruna yang akan melaksanakan ORLAP, PKL, KKN, dan Pengambilan Data Penelitian dan Magang di UPT Jajaran Kanwil Kemenkumham Jatim memiliki pola pikir yang lebih proaktif dalam merumuskan kebijakan. Selain itu juga adaptif terhadap berbagai perkembangan nasional maupun internasional.
“Biasakan terbuka dalam menerima hal baru, serta kritis dalam mengevaluasi kebijakan,” tegasnya. (Humas Kemenkumham Jatim)