KOTA BATU, – Pemkot Batu gencar melakukan operasi pasar dampak dari kenaikan harga bahan pokok (Sembako) terutama beras yang beredar di pasaran cukup melambung tinggi. Operasi pasar sesuai intruksi dari Pj. Walikota Batu Aries Agung Paewai agar masyarakat Kota Batu tetap terjaga segi ketahanan pangannya. Maka sejurus itu Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) menggelar pasar murah khusus sembako yang sudah berjalan ke empat kalinya.
Tujuan selanjutnya pelaksanaan operasi pasar itu agar tetap daya beli masyarakat bisa menekan inflansi. Dan untuk menjemput Bulan Suci Ramadhan agar masyarakat yang akan menjalankan ibadah puasa tidak disibukan dengan adanya gejolak harga sembako yang beranjak naik. Bahkan cenderung jelang bulan Ramadhan harga sembako itu mengalami ganti harga.
“Di lokasi gelar operasi pasar di empat wilayah desa yang sudah terlaksana itu, sesuai pantauan Anggota DPRD Didik Subiyanto,SH, bahwa masyarakat sangat berminat sekali untuk hadir dan membeli sembako utamanya beras yang disajikan oleh Diskumdag Batu. Hal ini bisa berdampak positif meringankan masyarakat dan meminimalisir uang belanja keseharian bisa ditekan seminim mungkin dengan adanya operasi pasar,”kata Didik Subiyanto selaku Anggota DPRD Fraksi PKB, Jum’at (1/2/24).
“Program Pemkot Batu operasi pasar itu merupakan solusi terbaik cepat dan tepat waktunya. Karena akan jelang bulan Puasa Ramadan, masyarakat merasa diuntungkan dan diringankan dari harga sembako yang saat ini lagi melambung. Yang terpenting program itu tetap harus menyesuaikan kekuatan APBD kota Batu bisa diminimalisir, “ucap anggota DPRD Batu Didik Subiyanto.
Karena yang terjadi di lapangan atau dipasar-pasar naiknya harga beras dipicu keterlambatan panen raya beras secara nasional dampak dari curah hujan yang cukup tinggi pula. Maka operasi pasar salah satu langkah tepat. Dan masyarakat Batu bisa menjemput momen baik ini.
Karena harga sembako operasi pasar terpaut di harga, untuk beras Rp.50.000 untuk kemasan 5 kilogram, gula seharga Rp15.000 perkilogram, dan minyak goreng seharga Rp14.500 perliter. Untuk harga satu paket sebesar Rp79.500. Dari selisih harga ini, jauh akan bisa membantu meringankan masyarakat akan kebutuhan bahan pokok (Sembako) di wilayah kota Batu.
Disisi lain, menurut Didik Subiyanto (Kadji Bianto)sapaan akrab kesehariannya mengatakan, selaku petani buah segar yang awal puluhan tahun getol di buah apel. Namun dengan berjalannya waktu saat ini tanaman buah apel di kota Batu bisa dikatakan surut drastis, kurang menjanjikan.
“Bisa dilihat di lapangannya saja, banyak sudah beberapa tahun berjalan saat ini para petani buah apel sudah banyak yang melakukan beralih budidaya tanaman buah jeruk. Karena mungkin buah apel kurang menjanjikan lagi karena faktor usia pohon yang sudah tidak produktif atau juga faktor tanahnya yang sudah terlalu padat dengan macam-macam jenis merek pupuk kimia yang berujung pohon apel tidak produktif,”terang Kadji Bianto.
Diakuinya, karena dia merupakan petani asli buah apel orang pribumi kota Batu, yang 12 tahun lalu hasil panenan buah apelnya sangat bagus bisa maksimal dan harga jualnya cukup tinggi. Tetapi di 10 tahun berjalan saat ini hasil panenan buah apel dan biaya produksinya tidak seimbang, malah petani apel banyak mengalami kerugian.
“Maka saat ini banyak petani apel seperti yang di alaminya,sudah beralih budidaya menanam buah jeruk yang biaya perawatanya cukup rendah dibanding dengan buah apel. Maka peralihan tanaman buah jeruk yang dialami Kadji Bianto sudah 100% beralih ke buah jeruk yang saat ini memiliki lahan seluas 50 hektar yang tersebar di wilayah kota Batu,”terangnya.
Sedangkan tidak hanya di wilayah kota Batu saja, Anggota DPRD itu juga memiliki lahan buah jeruk di wilayah Nongkojajar Kabupaten Pasuruan seluas 40 hektar. Hasil dari panenan buah jeruk itu, menurutnya sudah dipasarkan di berbagai kota di wilayah Indonesia, seperti Kalimantan, Jakarta dan daerah lainya. Karena hal ini memenuhi permintaan konsumen yang sudah menjadi mitra kerjanya,”singkat Kadji Bianto.
Pewarta : redaksi