Home / BERITA UTAMA / DAERAH / HUKRIM / INVESTIGASI / REDAKSI / Target-24jam.com / TNI-POLRI

Senin, 18 Maret 2024 - 00:04 WIB

Panganan Jemunak Dan Filosofi Nikmatnya Berpuasa Ramadan Dari Magelang

Panganan Jemunak Dan Filosofi Nikmatnya Berpuasa Ramadan Dari Magelang

Panganan Jemunak Dan Filosofi Nikmatnya Berpuasa Ramadan Dari Magelang

 

MAGELANG TARGET-24JAM.COM Satu lagi jajanan tradisional di Jawa Tengah yang ada hanya saat bulan Ramadan tiba. Namanya jemunak, makanan takjil dari Desa Gunungpring, Muntilan, Magelang.

Selain hanya dapat dijumpai saat Ramadan, keunikan jemunak adalah cara membuatnya yang masih menggunakan peralatan tradisional. Ketela pohon diparut lebih dulu sebelum dikukus setengah matang. Lalu, dicampur dengan ketan dan kembali dikukus hingga matang.

Selanjutnya, ditumbuk menggunakan lumpang batu dan alu dari kayu. Barulah disajikan di atas daun pisang dengan ditaburi parutan kelapa dan juruh (gula merah cair).

Bukan sekadar panganan, kemunculan jemunak yang sudah turun temurun itu menyimpan filosofi bagi masyarakat. Yakni, keikhlasan bagi orang yang berpuasa akan membuahkan berkah.

Sehingga nama jemunak lahir dari kalimat “ujung-ujung ketemu penak”, artinya “pada akhirnya akan menemui kenikmatan”.

Salah seorang pembuat jemunak di Desa Gunungpring, Ponisih mengungkapkan, tidak lengkap kalau buka puasa tanpa jemunak.

“Ujung-ujung ketemu penak itu maksudnya ya setelah puasa seharian, nantinya akan dapat kenikmatan saat berbuka,” ujarnya, saat ditemui beberapa hari lalu.

Ponisih adalah generasi ke lima yang memproduksi jemunak di keluarganya. Namun, ia hanya berproduksi jika Ramadan tiba. Di luar itu, ia tidak berproduksi sekalipun mendapat pesanan dari masyarakat.

“Ya saat puasa saja, kalau tidak ya tidak buat. Kalau ada pesanan di luar bulan puasa saya tolak,” tegasnya.

Menurut Ponisih, jemunak menjadi sajian “wajib” terutama bagi masyarakat Gunungpring saat berbuka puasa. Buktinya, hingga saat ini, ia tidak pernah sepi dari permintaan membuat jamunak.

“Tiap hari menghabiskan 25 kilogram ketela. Itu kalo diolah menjadi sekitar 700 bungkus,” paparnya.

Dalam berproduksi, Ponisih dibantu oleh adiknya, Kasmirah, dan anaknya, Danu Supriyanto.

“Untuk satu bungkusnya kita jual Rp3.000,” ungkapnya.

Ponisih mengaku, Sultan dari Keraton Yogyakarta pernah memesan jemunak padanya.

“Waktu itu ada acara kuliner di Gunungpring, ada utusan dari Yogya, selang berapa hari itu kok minta (dibuatkan). Lupa (pesan) berapa ya, tapi sepertinya cuma untuk konsumsi pribadi,” tandasnya

/Red

Share :

Baca Juga

BERITA UTAMA

Berita Kehilangan : Telah Hilang 1 Buah Sertifikat Tanah & 1 Serifikat Rumah Serta BPKB Motor

BERITA UTAMA

Kanit II SPKT Polresta Palangka Raya Kontrol Kondisi 20 Tahanan

BERITA UTAMA

TMMD ke-124: Gotong Royong TNI-Rakyat Jadi Kekuatan Pembangunan di Hulu Sungai Tengah

BERITA UTAMA

Polri Lakukan Mutasi 1.255 Personel, 10 Kapolda Berganti, dan 10 Polwan Jadi Kapolres

BERITA UTAMA

KRYD Polresta Banyuwangi Gencarkan Patroli Cegah Aksi Premanisme Jelang Lebaran

BERITA UTAMA

Pekerjaan membangun Cross Way tetap berjalan, TNI dan Masyarakat Desa Bae Ngencung tidak lupa Melaksanakan Ibadah Nisa di Gereja Katholik Paroki Nagalanag

BERITA UTAMA

Hafidz Sebut Wartawan Khairul Sani Sering Menyerangnya Dari Dibelakang, Tanpa Konfirmasi

BERITA UTAMA

Jelang Hari Raya Idul Fitri Pangdam Pattimura Dan Kapolda Maluku Kunjungi Pos PAM Lebaran